Sebenarnya sudah sejak lama sekali aku ingin membahas komik satu ini, apalagi dikarenakan aku sangat mengidam-idamkan one shot-nya yang bagiku itu sangat luar biasa. Setelah mendapat serialisasi aku pun rutin mengikutinya update-annya walaupun terkadang, ralat seringkali merasa jenuh dikarenakan cerita serialisasinya agak kurang sreg (yang nantinya akan kutulis dibawah ini).
The Shape of Voice (聲の形; Koe no Katachi) ditulis oleh Yoshitoki Oima yang dipublikasikan oleh Shuukan Shounen Magazine. Akhirnya menjelang chapter terakhir tanpa kusadari komik ini telah dilokalkan oleh M&C! pada tanggal 16 Desember 2014. Aku ingat sekali pertama kali aku mengetahui one shot ini, banyak sekali teman-temanku yang merekomen untuk segera membacanya. Dan tentunya ketika aku buka facebook saat itu juga newsfeed-ku juga sedang ramai dengan karya satu ini. Sayangnya begitu mendapatkan serialisasi aku sudah bisa menduganya, takkan seheboh one shot-nya, tidak sesuai dengan ekspektasi (beberapa) pembaca dan/atau tak seperti apa yang diharapkan, meskipun aku terus berharap akan ada sesuatu yang menggencangkan saat membacanya (akhirnya ternyata apa yang kuharapkan tidak datang juga hingga di chapter terakhirnya).
Masterpiece
Bermula dari one shot yang dipublikasikan pada 8 Januari 2011 di Bessatsu Shounen Magazine yang tak lama kemudian memenangkan penghargaan 80th Weekly Shounen Magazine Newbie Best Mangaka Award dan juga dipublikasikan ulang padah edisi ke-12 Weekly Shounen Magazine tahun 2013. Dengan berjumlah 61 halaman para pembaca terbawa perasaannya dengan kisah yang dibawakan oleh Yoshitoki-sensei. Yang pasti aku cuma bisa mengatakan, silahkan dibaca one shot-nya.
Sign Language
Mengisahkan Shouya Ishida, anak kecil yang akan melakukan hal apa saja untuk menghilangkan kebosanannya. Sebenarnya aksi konyol Shouya seringkali membahayakan dirinya, bahkan kedua temannya juga mereasa tidak aman. Bahkan Shouya pun pernah kualat karena kelakuannya, tapi itu tidak menghentikan dirinya melakukan hal-hal yang menurutnya menyenangkan.
Pada suatu ketika disekolah dia kedatangan seorang murid baru, Shoko Nishiyama, gadis tuli yang baru saja pindah karena kena bully disekolah sebelumnya. Shouya pun instan mendapatkan "mainan" baru walaupun ia tak tahu bahwa aksinya ke Nishiyama ini berdampak selama hidupnya.
Berseri
Seperti yang kutulis di awal, begitu menjadi cerita berseri aku sudah bisa menebak berarti harus menambahkan suatu masalah untuk mengembangkan cerita yang ada. Padahal cerita yang ada dalam one shot itu sudah sangat pas sekali, dan berakhir dengan indah.
Sinetron
Sayangnya konflik yang dimunculkan lansung bertubi-tubi, yah beberapa konflik kecil langsung diselesaikan dengan saat itu juga. Misalnya pada masalah awal, pertengkaran Shouya dengan ibunya. Selebihnya lagi cerita yang mendatang hanya menimbulkan permasalahan baru. Konflik pertama belum selesai berlanjut dapat konflik kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Belum lagi masalah yang muncul terasa sangat dipaksakan. Padahal konflik pertama saja belum selesai tapi malah muncul konflik baru dan akhirnya menumpuk. Aku yang membacanya tiap minggu saat itu hanya menunggu kapan konflik ini akan selesai. Tapi kalo pun ada satu konflik selesai tak lama kemudian konflik baru segera muncul. Hal inilah yang membuat pembaca jenuh membacanya.
Cerita yang mengambil tema yang menarik, Tuli dan Bully. Karena kepopularitasannya karya ini juga diangkat menjadi movie anime. Firasat ini juga sudah kudapatkan ketika karya ini mendapatkan serialisasi, tapi begitu melihat serialisasinya aku tidak mengharapkan ada anime-nya karena takut ceritanya akan buruk juga seperti di manga-nya. Untungnya menjelang akhir cerita semua konflik yang ada berhasil dipecahkan, meskipun terlihat janggal karena dalam satu adegan itu langsung menyelesaikan lebih dari 1 konflik. Belum lagi penyelesaiannya terlihat agak begitu cepat, tiba-tiba konflik ini selesai kemudian konflik yang satu lagi ikut selesai juga.
Untuk menyelesaikan konfliknya kurasa sudah cukup bagus, tapi waktu dalam penyelesaiannya tak sesuai dengan konflik itu muncul dan lamanya konflik yang terjadi. Beberapa konflik memang muncul secara berhubungan tapi sebagian tidak (misalnya tokoh ini berulah, memiliki cara pemikiran dan tindakan lain dan membuat konflik baru). Sehingga penyelesaian salah satu konflik ada yang terasa kosong dan aneh. Bersyukur ceritanya ini tidak terlalu panjang sehingga tak perlu lagi mengulur permasalahan yang ada. Tapi sayangnya endingnya tidak terlalu memuaskan, sedikit bocoran saja, padahal aku mengharapkan, seengganya, Shouya pada akhirnya memeluk erat Nishiyama dan meminta maaf (mungkin bila Shouya menangis tulus aku akan lebih senang lagi melihatnya). Yoshitoki-sensei mempunyai cara lain untuk membuat ending, walaupun kurasa banyak pembaca yang menginginkan ending yang lebih dramatis dan menyentuh hati (ini bukan berarti endingnya tidak menyentuh hati, hanya saja terasa sangat kurang lho).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment