August 29, 2015

Battle of Surabaya

Hai, lama tak kunjung ke blog ini. Padahal aku sudah planning akan mulai menulis lagi ketika libur lebaran usai, namun apa daya, ternyata aku masih banyak urusan dan harus mefokuskan pada suatu hal tertentu. Yak, abaikan (curhatan) kehidupanku yang tak penting... kira-kira sejak 2-3 tahun lalu atau tepatnya semenjak gambar serta video teaser Battle of Surabaya meramaikan media sosial, aku sebagai salah satu netizen yang saat itu melihat juga, tentu hype akan film animasi ini. Waktu ke waktu mulai beredar poster perekrutan casting (berupa dubber contohnya) di media sosial. Tapi setelah itu, mendadak kabarnya hilang dan seperti tidak ada kepastian kapankah film animasi ini mulai tayang. Hingga saat Desember 2014, aku yang sedang iseng mencari referensi dan ingin membeli buku online ternyata versi komiknya terbit lebih dulu.



Animasi yang memiliki durasi kurang lebih 100 menit ini disutradari oleh Aryanto Yuniawan dan ditulis M. Suryanto akhirnya mulai bisa disaksikan pada layar lebar pada tanggal 20 Agustus 2015. Aryanto Yuniawan sendiri rangkap sebagai sutradara, penulis dan salah satu produser, Hery Soelistio dan Adi Djayusman menjabat sebagai produser dan beberapa pengisi suara yang berpartisipasi adalah Ian Saybani, Maudy Ayunda dan Reza Rahadian. MSV Pictures sendiri juga sudah sering memproduksi film animasi pada Indonesia, misalnya pada 2003 Homeland dan mungkin yang paling umum adalah salah satu produk ice cream Petualangan Singa Pemberani Paddle PopSTMIK Amikom ikut serta dalam produksi film animasi ini.

Aku pun akhirnya meluangkan waktu untuk menyempatkan nonton ini pada kemarin lusa. Kesalahan besar adalah aku sangat telat sekali menontonnya, hingga hanya sedikit bioskop yang masih menayangkannya plus aku menonton bareng rombongan SD dan SMP ternyata. Makanya aku sempat terkejut saat membeli tiket, setengah ruangan terisi penuh. Namun ketika aku masuk kedalam, anehnya sepi sekali dan dibangkuku terdapat set cemilan lengkap tak bertuan. Entah ini jebakan penjual popcorn di dalam atau punya salah seorang rombongan sengaja menaruhnya disitu, aku yang optimis salah tempat lansung menanyakan bangku yang kududuki benar atau salah pada penjaga tiket disitu. Mata dan rasa penasaranku terkadang melirik set cemilan tersebut, apa yang sebaiknya aku lakukan pada set cemilan tersebut? 10-20 menit film mulai diputar barulah para rombongan mulai memasuki ruangan dan orang dari rombongan mulai mengambil cemilan tersebut yang ditaroh tepat pada bangkuku. Kurang beruntungnya lagi adalah keasikanku saat menonton mulai diusik oleh rombongan tersebut, yang berisi anak-anak kecil, ribut, menendang-nendang bangkuku dan tepat disampingku anak kecil malah tidur ngorok. Ah, sekali lagi aku minta maaf, malah menceritakan curhatanku yang tidak ada kaitannya sama dengan film ini.

Pertempuran Surabaya 10 November
Musa seorang anak tukang semir sepatu, siapa sangka ia akan menjadi kurir untuk pesan rahasia. Awalnya Musa pun ragu apakah ia bisa menjalankan misinya dengan baik atau tidak, tapi keraguan tersebut dihilangkan oleh Danu seorang tentara yang ahli dalam pengirim pesan dan Musa pun dibantu oleh teman karibnya, Yuna.

Animasi Tidak Konsisten
Ya, lemahnya pada animasinya terlihat jelas dimana gerakan tokoh seringkali kaku (belum bisa melakukan gerakan wajar / manusiawi). Terlebih lagi yang membuat aneh adalah tokoh yang di depan menggunakan 2D, sedangkan tokoh yang dibelakang 3DCG serta background perkotaan seperti menggunakan V-ray 3DS Max (oh semoga aku salah dalam hal ini). Dan beberapa pemandangan, contohnya hutan, digambarkan dengan cantik yang saat itu juga aku merasa makin ketidakseimbangan pada animasi yang diberikan. Satu hal lagi, entah positif entah negatif, film ini minim pertumpahan darah walaupun kenyataannya sebenarnya tokoh-tokoh disitu mengalami luka ringan dan luka berat. Penggambaran tokohnya sendiri aku rasa beberapa ada yang anime style beberapa lokal, gaya Indonesia (dari penggambaran hidung dan mulut/bibir).

Translation Note?
Yang paling aku kecewakan disini adalah engga ada catatan dan/atau penjelasan istilah dan singkatan-singkatan yang ada dalam film ini. Yang aku tahu dan bisa dengarkan dengan jelas hanyalah PETA (dan Fujinkai?) tapi aku sendiri pun lupa kepanjangan dan fungsi pasukan tersebut. Jadinya daripada memusingkan hal ini aku mengabaikannya meskipun istilah-istilah itu berulang kali ketika ditayangkan. Tolong maklumi aku yang bodoh ini dalam hal sejarah.

Pakde Cak Ning
Segi dubbing aku katakan baik, meskipun Maudy Ayunda terkadang membuat suara Yuna menyelekit menjadi aneh, dan hei kemana suara Yuna imut tadi? Yang jadi favoritku adalah dubbing untuk Englishnya dan bahasa daerah, meskipun sepertinya kebanyakan Basa Jawa yang digunakan.

Musa × Yuna
Membicarakan storynya, awalnya aku sempat khawatir apakah peristiwa sejarah ini hanya akan menjadi sub-plot saja dan plot utamanya mengutamakan pada lingkungan dan hubungan Musa yang dijalani. Tapi semuanya mendapatkan porsinya masing-masing, perang, misi tiap tokoh, hubungan antar tokoh dan lain-lain. Dan untuk story agak sedikit twist yang mampu membuat penonton menebak-nebak apa yang terjadi kedepannya (dan dalam film ini semua tebakanku salah, nice). Dikarenakan film ini tidak sepenuhnya historical, nasionalisme dan/atau pun action maka diperlukan bumbu humor yang menyegarkan (untuk menghilangkan kejenuhan serta kebosanan bagi penonton anak-anak). Battle of Surabaya dapat menyisipkan humor di waktu yang tepat sehingga mengembalikan kembali fokus anak-anak untuk menontonnya. Lalu bagaimana dengan humor untuk kalangan remaja dewasa? (mungkin bagi yang merasa humor sebelumnya yang murahan atau basi) tenang saja mereka mampu mensuguhinya kalo tidak percaya bisa dilihat sendiri. Jujur saja pada adegan tersebut aku engga nyangka bakal ada scene tersebut, dan lebih engga nyangka lagi bakal dibikin 'melenceng' begitu.

Apapun Alasannya, Perang hal sia-sia
Sebenarnya begitu usai menonton ada banyak sekali yang ingin kutulis, tapi begitu di depan keyboard dan layar semua yang ada di benakku mulai lupa satu per satu, sial. Salah satu hal yang akhirnya berhasil aku ingat adalah Battle of Surabaya mengentalkan agama Islam yang merupakan mayoritas di Indonesia. Hal ini terbukti dengan suara adzan, salam sapa, berdo'a dan lain sebagainya. Tapi di satu sisi, mereka juga mampu menampilkan keragaman budaya dan agama dengan scene-scene yang ada, misalnya ketika Yuna berdo'a dan kaum Tionghoa atau Kong Hu Cu. Battle of Surabaya dapat memperlihatkan tragedi perang yang tergambarkan melalui perasaan Musa dan kawan-kawan.

Mengesampingkan animasinya yang masih kurang sana-sini, dubbing dan BGM sudah cukup baik (seperti ketika granat dilempar, dengan suara efek begitu aku berharap mendapatkan adegan dari sudut mata langsung dari Musa, bukan sudut mata ketiga).

Penutup tulisan ini, ending dari Battle of Surabaya, aku pribadi demen banget, benar-benar terharu. Mereka memperlihatkan arti kedamaian sejati, seandainya tak ada perang, makanya semuanya saling rangkul-merangkul, bahu-membahu, senyum tertawa bersama entah itu kaum Belanda, China, Jepang, Jawa dan lainnya. Eh, sebenarnya aku juga sempat iseng mencari review film ini dan lumayan banyak juga mengkritik negatif dan pedas, soalnya sedikit penasaran sempat ratingnya hampir sempurna di IMDb, salah satunya tentang latar pegunungan (atau bukit?)
Read more ...Battle of Surabaya
 

Autumn 2015 Anime Chart

【Autumn 2015 Anime Chart】
For other info, click here.
For its hashtags, click here.

Featured Video


Random Posts