Fumiyo Kono sempat menuliskan Yunagi no Machi Sakura no Kun pada tahun 2004 yang mengangkat tema dampak dari pasca perang. Karyanya tersebut memenangkan Japan Media Arts Festival's Grand Prize for manga di tahun 2004 serta Tezuka Osamu Creative Award di 2005. Lalu di 2007 dengan ciri khas gambarnya ia menuliskan In This Corner of the World (この世界の片隅に; Kono Sekai no Katasumi ni) yang menggunakan tema perperangan kebali. Sekali lagi, karyanya satu ini terpilih sebagai Karya yang Direkomendasikan oleh Juri (Juara Harapan?) pada 2008 di ajang Japan Media Arts Festival dan memenangkan Excellence Prize pada tahun 2009. 5 Agustus 2011, In This Corner of the World tayang live-action yang dibintangi oleh Keiko Kitagawa dan Keisuke Koide.
Sebagai Peringatan 70 Tahun Bom Hiroshima, animasi In This Corner of The World mulai tayang di layar lebar pada 2016 yang diproduksi oleh MAPPA, distudarai dan ditulis oleh Sunao Katabuchi (Black Lagoon, Princess Arete dan Mai Mai Miracle), desain karakter oleh Hidenori Matsubara (Sakura Taisen series, Aa! Megami-sama! series dan The Princess and the Pilot) dan musik oleh kotringo (Koufuku Graffiti dan Kuma No Gakkou - Jackie to Katie). Tak hanya manga-nya saja yang menyambet penghargaan, namun versi adaptasi ini juga sukses meraih pelbagai penghargaan seperti Hiroshima International Film Festival's Peace Film Award Hiroshima, 40th Japan Academy Prize Animation of the Year, Osaka Cinema Festival 2017 Japanese Film Best10 dan masih banyak lagi.
Bengong Melamun
Suzu Urano, gadis 18 tahun yang yang tinggal di Eba, Kota Hiroshima ini selalu memiliki pandangan positif dalam hidupnya, walau kejadian yang menimpa hidupnya engga selalu enak tapi ia selalu saja bisa mencari jalan positif. Sisi positif miliknya juga dipicu oleh sifatnya yang mudah lupa atau sulit mengingat keadaan sekitar dalam jangka pendek. Kehidupan keluarganya sangatlah damai.
Pada usianya yang menjelang 19 tahun ini ia mendadak dilamar oleh Shuusaku Houjou, seorang pria yang tidak ia kenali, tepatnya ia tidak ingat pernah bertemu atau melihatnya dimana. Neneknya pernah mengatakan semua tergantung pilihan pada Suzu sendiri, ia bisa saja menolaknya bila tak menginginkannya. Setelah memikirkannya cukup matang ia menerima tawaran pria tersebut.
Suzu pun memasuki stage baru dalam kehidupannya, tantangan baru muncul bertubi-tubi menghantam dirinya. Sifatnya lugu, sedikit ceroboh dan airhead harus bekerja extra agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Perihal saat ini tinggal di Kure yang jauh dari tempat asal, ibu mertua kondisinya saat ini sudah sulit untuk berjalan, kakak ipar yang galak dan keras, mengingat nama-nama tetangga dan jalan, mengubah gaya hidup saat masih gadis dan lain-lain. Suzu yang sudah menjadi ibu rumah tangga ini juga harus bangun lebih pagi, seperti untuk menimba air, menyiapkan makanan dan membereskan rumah.
Hidup pada tahun 1944, jaman perang, membuat keadaan menjadi sulit. Ransum yang terbatas, porsi atau isi pokok lauknya bisa saja berkurang sewaktu-waktu. Hal ini membuat Suzu berpikir bagaimana cara membagi jumlah ransum yang terbatas untuk 1 rumah dan bagaimana mendapatkan dan/atau menambahkan porsi lebih ketika keadaan sangat minim.
Ketika waktu senggang, Suzu kembali pada hobi lamanya yaitu menggambar alam yang ada di depan matanya. Hobi ini sudah terasah sejak ia kecil hingga membuahkan hasil gambar yang bagus dan indah. Seringkali hobi ini malah menjadi menyulitkan dirinya, pensil yang seharusnya digunakan untuk bersekolah malah dihabiskan untuk menggambar. Suzu yang tinggal di bukit bisa melihat jelas perairan yang dipenuhi oleh kapal-kapal perang seperti Musashi dan Yamato (ia diajarkan oleh keponakannya, yang sebenarnya pernah diajarkan langsung oleh Shuusaku, tapi ia sulit mengingatnya). Ditengah-tengah asyiknya menggambar tiba-tiba ada sepasang polisi yang menggrebeknya dan dicurigai sebagai mata-mata.
Begitu dibawa kerumah, permasalahan ini tak kunjung selesai, bahkan ketika polisi tersebut masih tanya-jawab, mencurigai, menceramahi dan mengancam keluarga Houjou, Suzu malah tak ingat sama sekali tadi ia sedang apa hingga polisi bisa membawa ia kerumahnya.
Meski terlihat damai dan tenang, keluarga Houjou tak lupa bahwa lingkungannya sedang dalam area perang. Suzu dan penduduk warga sekitar diberi bekal ilmu pengetahuan seperti bom, evakuasi, alarm tanda bahaya dan lain-lain dari pihak Angkatan Laut. Keluarga Houjou juga membangun sebuah tunnel evakuasi untuk tempat berlindung apabila ada serangan.
Pada tahun 1945, keadaan mulai memanas, alarm evakuasi yang hampir tiap malam selalu bunyi (kadang hanya alarm bohongan), serangan yang tak mengenal waktu dan tempat, pangan yang semakin sulit didapatkan.
Perlahan Tapi Pasti
Hampir setengah film penonton hanya suasana yang adem kalem, indahnya kehidupan bersama keluarga hingga sampai lupa bahwa keadaan saat itu ditengah-tengahnya panasnya api perperangan. Tak perlu khawatir dengan transisi cerita yang super santai dan rileks hingga menjadi drama serius. Movie ini berhasil membuat alur secara natural dan epik, dengan perlahan-lahan penonton diasupin dengan sulitnya kondisi perang (sedikit demi sedikit) hingga dampak kondisi perang terlihat dengan pasti dan jelas. Sifat Suzu yang sudah terbentuk sedemikian rupa tidak membuat lingkungan sekitar dan penonton terjebak dalam depresi dan kesedihan. Ia akan bangkit, mencari cara, mencari jalan, terus berjuang tak menyerah melanjutkan hidup di masa yang sangat sulit.
Cinta, Harapan dan Keberanian
In This Corner of the World memperlihatkan dengan baik kondisi Perang Dunia II. Mulai dari pernikahan pada jaman saat itu, mengubah pakaian tradisional menjadi pakaian sehari-hari yang bisa lebih sering digunakan, ransum, kehidupan para angkatan laut, alarm tanda bahaya, hingga tragedi pengeboman Hiroshima yang mehilangkan banyak umat manusia. Rumah yang sudah dipertahankan dan diperjuangkan sekuat mungkin, tiba-tiba hancur oleh perang. Tak hanya rumah saja, bahkan orang-orang terdekat dan tercinta juga bisa kehilangan.
Interaksi dan jalin hubungan yang dibangun Suzu mampu mengisahkan tiap karakternya dengan baik. Hubungan antar karakternya yang tersusun baik dan rapi membuat penonton akan mendapatkan kisah-kisah karakternya secara mendetail. Bahkan disini kita juga diperlihatkan bahwa sepasang suami-istri yang seperti ini saja juga bisa bertengkar karena hal sepele. Tanpa sadar, penonton akan menikmati (dan turut merasakan) cara Suzu memperjuangkan hidupnya di sudut dunia ini yang selalu menginspirasi dan memberikan banyak pesan moral
Yang mengejutkan dari movie ini salah satunya latar belakang yang benar-benar direka sesuai keadaan saat itu. Saat movie sudah berakhir, pastikan kamu melihat credits-nya hingga benar-benar habis. Karena ada epilog ketika credits sedang berlangsung.
War is like love, it always finds a way.
Read more ... → In This Corner of the World
Sebagai Peringatan 70 Tahun Bom Hiroshima, animasi In This Corner of The World mulai tayang di layar lebar pada 2016 yang diproduksi oleh MAPPA, distudarai dan ditulis oleh Sunao Katabuchi (Black Lagoon, Princess Arete dan Mai Mai Miracle), desain karakter oleh Hidenori Matsubara (Sakura Taisen series, Aa! Megami-sama! series dan The Princess and the Pilot) dan musik oleh kotringo (Koufuku Graffiti dan Kuma No Gakkou - Jackie to Katie). Tak hanya manga-nya saja yang menyambet penghargaan, namun versi adaptasi ini juga sukses meraih pelbagai penghargaan seperti Hiroshima International Film Festival's Peace Film Award Hiroshima, 40th Japan Academy Prize Animation of the Year, Osaka Cinema Festival 2017 Japanese Film Best10 dan masih banyak lagi.
Bengong Melamun
Suzu Urano, gadis 18 tahun yang yang tinggal di Eba, Kota Hiroshima ini selalu memiliki pandangan positif dalam hidupnya, walau kejadian yang menimpa hidupnya engga selalu enak tapi ia selalu saja bisa mencari jalan positif. Sisi positif miliknya juga dipicu oleh sifatnya yang mudah lupa atau sulit mengingat keadaan sekitar dalam jangka pendek. Kehidupan keluarganya sangatlah damai.
Pada usianya yang menjelang 19 tahun ini ia mendadak dilamar oleh Shuusaku Houjou, seorang pria yang tidak ia kenali, tepatnya ia tidak ingat pernah bertemu atau melihatnya dimana. Neneknya pernah mengatakan semua tergantung pilihan pada Suzu sendiri, ia bisa saja menolaknya bila tak menginginkannya. Setelah memikirkannya cukup matang ia menerima tawaran pria tersebut.
Suzu pun memasuki stage baru dalam kehidupannya, tantangan baru muncul bertubi-tubi menghantam dirinya. Sifatnya lugu, sedikit ceroboh dan airhead harus bekerja extra agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Perihal saat ini tinggal di Kure yang jauh dari tempat asal, ibu mertua kondisinya saat ini sudah sulit untuk berjalan, kakak ipar yang galak dan keras, mengingat nama-nama tetangga dan jalan, mengubah gaya hidup saat masih gadis dan lain-lain. Suzu yang sudah menjadi ibu rumah tangga ini juga harus bangun lebih pagi, seperti untuk menimba air, menyiapkan makanan dan membereskan rumah.
Hidup pada tahun 1944, jaman perang, membuat keadaan menjadi sulit. Ransum yang terbatas, porsi atau isi pokok lauknya bisa saja berkurang sewaktu-waktu. Hal ini membuat Suzu berpikir bagaimana cara membagi jumlah ransum yang terbatas untuk 1 rumah dan bagaimana mendapatkan dan/atau menambahkan porsi lebih ketika keadaan sangat minim.
Ketika waktu senggang, Suzu kembali pada hobi lamanya yaitu menggambar alam yang ada di depan matanya. Hobi ini sudah terasah sejak ia kecil hingga membuahkan hasil gambar yang bagus dan indah. Seringkali hobi ini malah menjadi menyulitkan dirinya, pensil yang seharusnya digunakan untuk bersekolah malah dihabiskan untuk menggambar. Suzu yang tinggal di bukit bisa melihat jelas perairan yang dipenuhi oleh kapal-kapal perang seperti Musashi dan Yamato (ia diajarkan oleh keponakannya, yang sebenarnya pernah diajarkan langsung oleh Shuusaku, tapi ia sulit mengingatnya). Ditengah-tengah asyiknya menggambar tiba-tiba ada sepasang polisi yang menggrebeknya dan dicurigai sebagai mata-mata.
Begitu dibawa kerumah, permasalahan ini tak kunjung selesai, bahkan ketika polisi tersebut masih tanya-jawab, mencurigai, menceramahi dan mengancam keluarga Houjou, Suzu malah tak ingat sama sekali tadi ia sedang apa hingga polisi bisa membawa ia kerumahnya.
Meski terlihat damai dan tenang, keluarga Houjou tak lupa bahwa lingkungannya sedang dalam area perang. Suzu dan penduduk warga sekitar diberi bekal ilmu pengetahuan seperti bom, evakuasi, alarm tanda bahaya dan lain-lain dari pihak Angkatan Laut. Keluarga Houjou juga membangun sebuah tunnel evakuasi untuk tempat berlindung apabila ada serangan.
Pada tahun 1945, keadaan mulai memanas, alarm evakuasi yang hampir tiap malam selalu bunyi (kadang hanya alarm bohongan), serangan yang tak mengenal waktu dan tempat, pangan yang semakin sulit didapatkan.
Perlahan Tapi Pasti
Hampir setengah film penonton hanya suasana yang adem kalem, indahnya kehidupan bersama keluarga hingga sampai lupa bahwa keadaan saat itu ditengah-tengahnya panasnya api perperangan. Tak perlu khawatir dengan transisi cerita yang super santai dan rileks hingga menjadi drama serius. Movie ini berhasil membuat alur secara natural dan epik, dengan perlahan-lahan penonton diasupin dengan sulitnya kondisi perang (sedikit demi sedikit) hingga dampak kondisi perang terlihat dengan pasti dan jelas. Sifat Suzu yang sudah terbentuk sedemikian rupa tidak membuat lingkungan sekitar dan penonton terjebak dalam depresi dan kesedihan. Ia akan bangkit, mencari cara, mencari jalan, terus berjuang tak menyerah melanjutkan hidup di masa yang sangat sulit.
Cinta, Harapan dan Keberanian
In This Corner of the World memperlihatkan dengan baik kondisi Perang Dunia II. Mulai dari pernikahan pada jaman saat itu, mengubah pakaian tradisional menjadi pakaian sehari-hari yang bisa lebih sering digunakan, ransum, kehidupan para angkatan laut, alarm tanda bahaya, hingga tragedi pengeboman Hiroshima yang mehilangkan banyak umat manusia. Rumah yang sudah dipertahankan dan diperjuangkan sekuat mungkin, tiba-tiba hancur oleh perang. Tak hanya rumah saja, bahkan orang-orang terdekat dan tercinta juga bisa kehilangan.
Interaksi dan jalin hubungan yang dibangun Suzu mampu mengisahkan tiap karakternya dengan baik. Hubungan antar karakternya yang tersusun baik dan rapi membuat penonton akan mendapatkan kisah-kisah karakternya secara mendetail. Bahkan disini kita juga diperlihatkan bahwa sepasang suami-istri yang seperti ini saja juga bisa bertengkar karena hal sepele. Tanpa sadar, penonton akan menikmati (dan turut merasakan) cara Suzu memperjuangkan hidupnya di sudut dunia ini yang selalu menginspirasi dan memberikan banyak pesan moral
Yang mengejutkan dari movie ini salah satunya latar belakang yang benar-benar direka sesuai keadaan saat itu. Saat movie sudah berakhir, pastikan kamu melihat credits-nya hingga benar-benar habis. Karena ada epilog ketika credits sedang berlangsung.
War is like love, it always finds a way.