Saat aku membaca Karakai Jouzu no Takagi-san (からかい上手の高木さん; Teasing Master Takagi-san) aku teringat kembali akan masa-masa sekolah dulu. Kita pasti punya teman yang jadi bahan ceng-cengan karena sikapnya yang enak sekali untuk diusili. Atau mungkin kamu sendiri pernah menjadi korbannya? Seringkali tak ada alasan khusus mengapa orang tersebut (atau mungkin kamu?) selalu saja diolok-olok oleh teman, sungguh tidak kebencian atau pun dendam, hanya saja karena memang dia sangat mudah dikerjai dan/atau melihat reaksinya saat diusili sangatlah menghibur.
Dan ya, aku pernah berada diposisi yang mengusili maupun diusili. Ketika aku diusili bagi mereka reaksiku sangatlah berlebihan dan lucu begitu juga sebaliknya saat aku mengusili temanku reaksinya sangat lucu sehingga tak tahan sekali untuk tidak mengerjainya. Tidak jarang, aku merasa bersalah karena berbuat yang cukup 'jahat' ke temanku, namun begitu (terlihat) mood dia sudah agak baikan sedikit kelakuanku untuk mengusili dia mulai kembali. Pas saat aku menjadi pihak yang diusili, teman-temanku juga berpeliaku demikian, mereka akan berhenti (sesaat) sekira moodku mulai memburuk, tapi saat moodku sudah naik kembali mereka akan segera mengusiliku lagi.
Begitu membaca karya satu ini yang ditulis oleh Yamamoto Souichirou, Oh kurasa aku paham sekali kondisi seperti itu, dan aku (sedikit) kangen dengan situasi saat-saat itu. Dia menuliskan benar-benar seperti yang pernah kurasakan ketika masih bersekolah. Bahkan saat membacanya, terkadang aku teringat kelakuanku dan teman-temanku dulu sambil menahan cengengesan mengingat kembali kejadian-kejadian lucu di masa lampau. Tak heran apabila komik ini menjadi salah satu komik terpopuler di 2015-2016.
Permainan Dimulai
Hari pertama di masa SMP, semua murid baru saling memperkenalkan diri didepan kelas. Nishikata hanya ingin memulai masa SMP-nya dengan kesan baik, hingga ia telah berlatih mempersiapkan diri. Sayangnya persiapan tersebut tidak berjalan dengan lancar karena ia terlambat masuk kelas. Begitu baru mengucapkan sedikit kata, waktu perkenalan dia disela oleh guru lain yang mendadak masuk kelas memberitahukan sebuah pengumuman. Setelah perkenalanpun wali kelasnya langsung menyampaikan sebuah pengumuman. Perkenalan dari Nishikata sangatlah tidak berkesan sama sekali, bahkan ia duduk di paling pojok belakang. Ketika Nishikata mulai duduk dan melihat ia duduk disamping anak perempuan, dan gadis tersebut, Takagi, secara spontan mengajaknya mengobrol dan mengatakan bahwa timing perkenalan Nishitaka buruk sekali. "Seandainya aku tidak telat... ini semua ulah Takagi," ucapnya gerutu dengan bernada kesal tanpa mengetahui bahwa orang yang disampingnya adalah Takagi sendiri.
Ketika upacara murid baru telah selesai, kali ini Takagi yang terlambat masuk ke kelas. Nishikata yang memperhatikannya dengan raut wajah seakan-akan ingin bertanya habis darimana Takagi hingga bisa terlambat masuk kelas. Takagi langsung melontarkan sebuah permainan tebak-tebakan ke Nishitaka, bila Takagi bisa menebak mengapa Nishitaka pagi tadi terlambat dalam sekali mencoba maka ia akan menang. "Bagaimana bisa memenangkan tebak-tebakan seperti ini hanya dengan menjawab sekali saja," pikir Nishikata, terkecuali permainan itu bisa dimenangkan bia sudah tahu jawabannya. Takagi menduga bahwa Nishitaka sebelum datang ke kelas ia ke tempat bagian kehilangan dan ketinggalan untuk mengembalikan barang yang ia temukan. Dan benar saja tebakannya, karena pagi tadi saat Takagi mengecek tasnya ia tidak melihat sapu tangannya. Melihat reaksi Nishitaka yang overact dan salting membuat Takagi tak tahan tertawa lepas.
Sejak hari itu, Takagi selalu menggoda, mengerjai dan mengusili Nishitaka dengan pelbagai cara omongan dan 'permainan'-nya.
Salah Tingkah
Awalnya komik ini sekilas mirip dengan Tonari no Seki-kun, namun sebenarnya berbeda. Apabila Seki selalu menghabiskan waktu di dalam kelas dengan 'keajaiban-keajaiban' yang dia ciptakan, maka Takagi menghabiskan waktu di dalam kelas dengan cara yang jauh lebih simpel, menggangu teman sebangkunya dengan mengajaknya bermain tebak-tebakan. Aktivitas yang dilakukan juga jauh lebih beda dan lebih berwarna, sebab permainannya tak hanya berlangsung didalam kelas saja dan Nishitaka selalu mempunyai ide untuk memulai permainan baru.
Meski seringkali Nishitaka mengajaknya bermain, tetapi tetap saja ia selalu kalah oleh kelihaian dan kecerdikan Takagi yang bisa memanfaatkan segala kondisi dan situasi apa pun. Yah yang namanya anak laki-laki, ia tak mau kalah (apalagi dikalahkan oleh anak perempuan), jadi sebenarnya gengsi rada tinggi juga, tapi karena hal itu juga gengsi sering diruntuhkan juga haha. Takagi sendiri juga bersifat sangat tenang dan dewasa sehingga Nishitaka yang ingin mengerjainya malah menjadi salting dan kalau kesempatan untuk mengerjainya muncul malah tidak tegaan. Setelah melihat tingkah Nishitaka yang menggemaskan Takagi yang sangat tenang pun juga kesulitan untuk menahan tawa.
Ceritanya yang simpel dan gregetan ini semakin hangat dengan keakrabkan mereka berdua yang belajar bareng, jalan bareng atau pun menghabiskan waktu berdua, seakan-akan mereka memang bersahabat baik, ah ataukah mungkin HTS-an, oh mungkinkah sedang proses menuju berpacaran!? Melihat Nishitaka yang selalu kalah ini selalu menarik dan gatal rasanya ingin menyemangatinya tapi disisi lain aku ingin melihat Takagi dalam meng-counter ide dan aksi yang dilakukan Nishitaka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment