Sekilas aku merasa familiar sekali dengan gaya penggambaran tokohnya, yang lalu setelah membuka halaman per halaman aku mulai menyadari. Dini Marlina yang telah berpengalaman untuk buku anak-anak terbitan Mizan Media Utama selalu menarik perhatianku dengan tokoh-tokohnya yang manis, lucu dan menggemaskan. Selain menggambar untuk buku anak-anak, aku mengenal gaya khas doi dari Bandelnya Judith. Sedangkan cerita utama yang rumit ini ditulis dan diajarkan oleh Maximillian Fansyuri.
Ralat, bukannya ceritanya yang rumit sih lebih tepatnya penjelasan teorinya yang rumit, terlebih lagi otakku sudah semakin tumpul sekarang. Karena di Math komik ciptaannya ini pembaca akan menemukan pelbagai fakta unik menarik tentang Matematika. Bagi kamu yang gemar pelajaran Matematika dan/atau IPA pasti akan menyukai ini. Atau bagi kamu yang menyukai dengan perdebatan teori-teori yang ada (hingga antar tokohnya saling berdialog panjang lebar) juga pasti akan menyukai ini. Atau kamu yang menggemari buku komik seri tokoh dunia atau seri penemuan atau seperti Archi & Meidy kuyakin kamu pasti menyukai komik satu ini.
"Manusia menggunakan berbagai macam bahasa untuk berkomunikasi. Tentu saja alam semesta menggunakan bahasa sendiri yang digunakannya. Tidak banyak orang yang bisa menghargai dan menggunakan bahasa alam semesta tersebut. Tahukah kamu, bahasa apa yang digunakan di jagat raya ini? Bahasa itu bernama Matematika!"
Setelah diberi tagline yang menarik ini pembaca langsung dihadapkan ke Matahari Bimasakti, atau yang lebih akrab dipanggil Math, sedang menonton berita pagi hari. Dalam waktu dekat ini akan diadakan sebuah game show bernama Luck Game yang menarik dan menggiurkan dengan total hadiah miliaran rupiah. Promosi permainan ini juga besar-besaran. Semua orang bisa mengikuti permainan, tapi bagi sebagian orang permainan ini tampak mencurigakan. Apalagi Math, seorang ahli matematika/penyuka matematika sangat menyadari kejanggalan dari babak pertama permainan ini. Math yang melihat selintas babak pertama ini mulai isenglah untuk mengikuti permainan ini.
Soal dari babak pertama adalah setiap peserta harus menghitung jumlah keseluruhan jumlah kelereng yang ada di sebuah toples kaca. Di soal pertama ini, para peserta diperbolehkan mengkoreksi jawabannya satu kali apabila sebelumnya salah menjawab. Meski begitu, tentu saja semua orang kesulitan bagaimana cara mengetahui jumlah kelerang yang tepat hanya dengan cara melihatnya. Peserta disana langsung menggila mengerumuni melihat toples kelereng dan bahkan peserta yang berada paling depan menahan peserta dibelakangnya agar tidak bisa melihat dan menghitung seisi toples.
Luna Artika, salah satu peserta Lucky Game punya satu cara untuk menyelesaikan teka-teki ini. Dengan menggunakan asumsi dan memperhitungkan diameter kelereng dan tinggi serta jari-jari toples ia yakin bisa mendapatkan jumlah angka yang tepat. Namun sayangnya, satu-satunya cara yang ia miliki nihil karena ramainya peserta yang mengelilingi toples kelereng.
Sedangkan Math yang sedikit tertarik dengan ide Luna, memberitahu cara lain yang lebih efisien. Yaitu dengan menggunakan Wisdom of Crowds (salah satu metode populer yang kuketahui). Dengan mengumpulkan semua hasil jawaban peserta lalu dibagi dengan semua jumlah peserta maka akan mendapatkan hasil rata-rata. Luna yang setengah percaya cara ini akan berhasil tetap (coba) mengikutinya. Dan Luna tidak menyangkanya bahwa ia berdua menjawabnya dengan benar.
Dari sekian ratus peserta yang datang, ternyata yang lolos ke babak kedua tidaklah mencapai 10 orang. Di babak kedua ini persaingan lebih serius dan ketat. Selain Math dan Luna, ada satu lagi peserta pintar yang memiliki sifat picik dan super menyebalkan, Sirius Leonhart. Mereka berdua telah menyadari dari awal bahwa Luck Game bukanlah permainan berdasarkan keberuntungan, melainkan hanyalah sebuah perhitungan matematika yang tampak rumit namun semua itu bisa diperhitungkan. Bukan probabilitas semata yang hanya ditebak secara asal.
Seni Matematika
Duapertiga keseluruhan isi buku ini adalah penjelasan matematika yang super panjang. Apalagi yang aku harapkan? Tapi memang itulah daya tariknya, sama seperti saat membaca komik detektif atau ketika membaca Overlord, aku dihadapkan oleh penjelasan panjang lebar yang menarik dan fakta (didalam) cerita yang terjadi. Oh mungkin aku tampak terlalu berlebihan, tidak, aku betul-betul menyukai bahwa dialog box yang besar dan banyaknya kalimat yang tertulis yang ada disini membuatku ikut berpikir (berusaha untuk menyelesaikan kasus Luck Game).
Pembaca lainnya tak perlu khawatir ikut pusing ketika melihat penjelasan Math atau Sirius saat saling beradu teori dan materi. Komik ini memberikan contoh perhitungan yang lebih mudah untuk dibayangkan. Masih belum sampai juga maksud penjelasan mereka? Tenang saja Math akan memberikan contoh soal lainnya yang lebih simpel dan lebih mudah dipahami.
Yang satu kusayangkan dari ini adalah Math yang lack sifat peran utama. Well, aku menyukai penjelasan Math ketika membeberkan semua misteri, fakta dan perhitungan. Tapi ia tampak sangat easygoing, sangat tidak cocok atau pun terlihat orang yang suka berkompetisi. Memang pada awalnya ia mengikuti Luck Game hanya sekedar penasaran doang sih, tapi kupikir ketika sudah menghadirinya ia nyaris sama sekali tak antusias/bergairah menanggapi pertandingan ini. Aku sedikit berharap agar ia merasa sedikit penasaran maksud tujuan Luck Game ini diadakan.
Luna Artika, salah satu peserta Lucky Game punya satu cara untuk menyelesaikan teka-teki ini. Dengan menggunakan asumsi dan memperhitungkan diameter kelereng dan tinggi serta jari-jari toples ia yakin bisa mendapatkan jumlah angka yang tepat. Namun sayangnya, satu-satunya cara yang ia miliki nihil karena ramainya peserta yang mengelilingi toples kelereng.
Sedangkan Math yang sedikit tertarik dengan ide Luna, memberitahu cara lain yang lebih efisien. Yaitu dengan menggunakan Wisdom of Crowds (salah satu metode populer yang kuketahui). Dengan mengumpulkan semua hasil jawaban peserta lalu dibagi dengan semua jumlah peserta maka akan mendapatkan hasil rata-rata. Luna yang setengah percaya cara ini akan berhasil tetap (coba) mengikutinya. Dan Luna tidak menyangkanya bahwa ia berdua menjawabnya dengan benar.
Dari sekian ratus peserta yang datang, ternyata yang lolos ke babak kedua tidaklah mencapai 10 orang. Di babak kedua ini persaingan lebih serius dan ketat. Selain Math dan Luna, ada satu lagi peserta pintar yang memiliki sifat picik dan super menyebalkan, Sirius Leonhart. Mereka berdua telah menyadari dari awal bahwa Luck Game bukanlah permainan berdasarkan keberuntungan, melainkan hanyalah sebuah perhitungan matematika yang tampak rumit namun semua itu bisa diperhitungkan. Bukan probabilitas semata yang hanya ditebak secara asal.
Seni Matematika
Duapertiga keseluruhan isi buku ini adalah penjelasan matematika yang super panjang. Apalagi yang aku harapkan? Tapi memang itulah daya tariknya, sama seperti saat membaca komik detektif atau ketika membaca Overlord, aku dihadapkan oleh penjelasan panjang lebar yang menarik dan fakta (didalam) cerita yang terjadi. Oh mungkin aku tampak terlalu berlebihan, tidak, aku betul-betul menyukai bahwa dialog box yang besar dan banyaknya kalimat yang tertulis yang ada disini membuatku ikut berpikir (berusaha untuk menyelesaikan kasus Luck Game).
Pembaca lainnya tak perlu khawatir ikut pusing ketika melihat penjelasan Math atau Sirius saat saling beradu teori dan materi. Komik ini memberikan contoh perhitungan yang lebih mudah untuk dibayangkan. Masih belum sampai juga maksud penjelasan mereka? Tenang saja Math akan memberikan contoh soal lainnya yang lebih simpel dan lebih mudah dipahami.
Yang satu kusayangkan dari ini adalah Math yang lack sifat peran utama. Well, aku menyukai penjelasan Math ketika membeberkan semua misteri, fakta dan perhitungan. Tapi ia tampak sangat easygoing, sangat tidak cocok atau pun terlihat orang yang suka berkompetisi. Memang pada awalnya ia mengikuti Luck Game hanya sekedar penasaran doang sih, tapi kupikir ketika sudah menghadirinya ia nyaris sama sekali tak antusias/bergairah menanggapi pertandingan ini. Aku sedikit berharap agar ia merasa sedikit penasaran maksud tujuan Luck Game ini diadakan.
No comments:
Post a Comment