Anime yang tengah mengudara saat kini dan anime yang kukatakan buruk pula untuk saat ini. Aku mengatakan buruk karena mempunyai alasan tersendiri sehingga aku kurang bisa menikmatinya.
No Game No Life (ノーゲーム・ノーライフ) atau yang biasa disingkat menjadi NGNL adalah anime yang telah tayang dari 9 April 2014 dengan durasi kurang lebih 23 menit. Diadaptasi dari Light Novel yang ditulis oleh
Yuu Kamiya (atau yang mempunyai nama asli
Thiago Furukawa Lucas,seorang kebangsaan brazil dan asli dari sana) yang telah terbit dari 25 April 2012 hingga kini masih lanjut dan sudah memiliki 6 volume.
Anime yang kukatakan memiliki unsur brother complex dan sister complex ini diproduksi oleh studio
Madhouse dengan sutradara
Atsuko Ishizuka (
Hanayamata dan
Sakurasou no Pet na Kanojo), series composition oleh
Jukki Hanada (
Steins;Gate,
Robotics;Notes,
Kashimashi ~Girl Meets Girl~,
Level E dan
Sora wo Kakeru Shoujo) dan musiknya oleh
SuperSweep (
Sister Contrast!) yang terdiri dari
Ayako Saso,
Fumihisa Tanaka,
Shinji Hosoe dan
Takahiro Eguchi.
Dunia Ini Permainan Belaka
Terdapat sebuah urban legend dimana ada
seorang gamer tanpa nama (blank, ya maksudku benar-benar kosong sehingga tertulis
[ ] atau disebut
Null) dan beberapa orang mengiranya dia (atau mereka?) menggunakan cheat. Sehingga sekumpulan orang berusaha mengalahkan mereka dengan menggunakan cheat, meskipun begitu tetap tak terkalahkan dan sebagian dari mereka menyadari bahwa mereka memainkannya tanpa cheat. Rumornya beredar begitu cepat, tapi sebenarnya sosok dari mereka hanya seorang kakak-beradik NEET nan hikikomori yang addict dengan sebuah game.
Karena kondisi yang dialami mereka, mereka berdua menganggap kehidupan adalah Kuso Game (Shitty Game atau Crappy Game).
Hingga suatu saat mereka mendapat pesan misterius dari sesosok tak dikenal untuk menantang catur. Begitu mereka berhasil mengalahkannya, mereka ketarik ke dunia lain dan sesosok bocah bernama
Tet (dewa permainan yang kalah catur oleh mereka berdua) muncul disekitar mereka dan mengaku bahwa dia adalah dewa,
The Sole God of Disboard. Tet juga mengatakan bahwa semua hal di dunianya diputuskan oleh simple game, bahkan kemasyarakat hingga batasan wilayah. Tet menyebutkan semua tindakan berdasarkan The Ten Oaths yang isinya:
- Pertumpahan darah, perang dan penjarahan dilarang.
- Semua permasalahan / perselisihan diselesaikan dengan game.
- Dalam sebuah game, kedua belah pihak harus bertaruh dan menyetujui bahwa taruhannya memiliki nilai yang serupa.
- Selama tidak melanggar aturan tiga, taruhan, isi game dan rule itu tidaklah penting... tak akan dipertanyakan.
- Peserta yang menantang dapat memutuskan aturan dan isi game.
- "Sesuai Sumpah", setiap taruhan akan ditaati tanpa syarat.
- Segala Konflik diantara kelompok akan diputuskan oleh perwakilan yang ditunjuk dari kedua belah pihak.
- Jika ketahuan cheat (kecurangan) diketahui, maka pihak yang melakukan akan otomatis kalah.
- Dengan menyebut nama dewa, aturan diatas kekal tanpa syarat dan tidak akan pernah diubah.
- Semua orang harus bermain dengan good game (baik).
Sora dan
Shiro merasa akhirnya mereka berdua dapat hidup di dunia yang tepat, tak salah bila Tet mengundang kemari. Namun ternyata ras mereka,
Imanity berada diujung tanduk. Mereka ras ke-16 yang merupakan paling lemah, hampir kehilangan segalanya. Sehingga mereka berdua bertujuan untuk menyelamatkan umat Imanity (yang parahnya hanya tersisa satu kota saja) dan menyatukan segala ras (Old Deus, Phantasma, Elemental, Dragonia, Gigant, Flügel, Elf, Exmachina, Vampire, Lunamana, Warbeast, Mermaid, Dwarf, Fairy dan Demonia) serta melawan kembali Tet.
Koppelion
Maksud disini adalah mengacu pada
K dan
Coppelion. Ya kedua anime disini mempunyai warna yang gitu-gitu saja. Sama hal-nya dengan NGNL, penonton dibuat mata sakit dengan biru-ungu yang selalu menyertai anime ini. Filter dan Digital Compostion yang kacau sehingga membuat biru-ungu gaje. Sebelumnya aku menonton Coppelion yang kecewa dengan warna membosankan biru-hijau-cokelat disini malah terjadi hal itu. Dan beberapa scene bukannya membaik malah makin dibikin
full biru-ungu-nya.
Klasik Namun Menarik
Konsep ceritanya kubilang sih klasik, yaitu taklukan semua daerah dan melawan dewa tapi menariknya semua ini harus dilakukan dengan game. Umat Imanity yang lemah tidak bisa apa-apa harus mencari akal bagaimana mengalahkan ras yang memiliki keunggulan sihir, kekuatan super dan lain-lain. Apalagi mungkin bila permainannya menggunakan kekuatan fisik (misal adu panco) Imanity bisa kalah dengan mudah, atau mungkin sihir membaca pikiran?
Campur Aduk Permainan
Berdasarkan episode 2, aku sudah cukup riang akan disuguhi oleh teori-teori permainan yang hadir, apalagi dengan permainan catur yang seketika aku memikirnya langsung ke
Innocent Moves. Tapi nyatanya tiba-tiba gerakan catur seenaknya (yang aku masih positive thinking Shiro merasa tertantang dan makin menarik) tapi ternyata malah makin membuatku kecewa. Tiba-tiba game-nya berubah jadi Love Simulation, Sora yang berhasil persuasi sang ratu dan kekalahan lawan karena seketika menjadi Political Game. Belum lagi
lawannya yang menangis,"Padahal aku sudah berusaha sehingga bisa bergabung dengan elf tapi kamu mengapa jahat?" just... WTF, persetan musuhnya nangis dengan moe.
Sejujurnya aku suka
penjelasan game dalam NGNL hanya saja aku tidak bisa menerima perubahan game yang mendadak begitu saja, seperti,"Lho, lho jadi begini?" padahal keasikan dalam tadi belum selesai kenapa membelok ke game yang lain, janggal rasanya.
Ketika melawan
Jibril melakukan game
Materialization Word Chain itu sungguh sangat mengasikan, permainan lanjut kata bisa menggunakan bahasa apa saja (mungkin bahasa itali, korea, inggris atau bahasa purbakala) dapat digunakan. Tidak kepikiran sempat-sempatnya memasukkan
fanservice disini dan seketika berubah menjadi
uji pintar sains, fisika-kimia yang mungkin tanpa sadar aku sempat sedikit kagum dengan permainan lanjut kata ini.
Baru kusadari sekarang mengapa daripada harus ribet menghilangkan kemampuan Jibril tidak langsung menghapuskan umat Flügel saja, atau Flügel bukanlah sebuah material? Dan sepertinya NEET disini dijunjung tinggi karena kemampuan Sora dan Shiro yang luar biasa (juga kasus Sora dan Shiro tidak dibahas lanjut, biarlah mereka memutuskan hidup di dunia mana tak perlu kembali ke dunianya dan mengurusi kembali permasalahan sosial mereka). Aku juga tidak bisa mengatakan ini anime bagus karena finishing-nya yang biru-ungu bikin sakit mata serta moe berlebih dan
bumbu ecchi-nya yang dihidangkan. Dan entah mengapa orang-orang sering mengaitkan mereka berdua dengan
Kanda Sorata dan
Shiina Mashiro Sakurasou no Pet na Kanojo karena memiliki seiyuu yang sama. Padahal kan Sorata dan Sora jauh berbeda sifatnya, mungkin untuk Mashiro dan Shiro mempunyai kemiripan dalam gaya berbicaranya dan diamnya itu.